Bismillahirrahmanirrahiim
Pada
sebuah dialog antara seorang dokter muslim dan dokter kristen. dalam satu
baitnya, dokter Jerman yang beragama kristen itu berkata pada sang dokter
Muslim, "Maaf dokter, saya ingin
mengungkapkan isi hati saya. Menurut saya, Anda dan kaum muslimin telah
berbuat salah dan berdosa." Dokter muslim terkejut dan bertanya,
"Kami pelaku dosa ?" Dengan sedih, dokter Jerman itu berkata,
" Ya, kalian salah dan berdosa karena kalian kurang sekali
menyampaikan risalah Islam. Buktinya, saya pribadi belum pernah menerima
ajakan untuk memahami risalah itu."
Subhanallah!
Sungguh ... Maha Suci Allah yang telah mengizinkan pada kita untuk dapat
membaca percakapan itu. Memang setelah sekian lama kita memeluk agama
Islam, pernahkah terfikir oleh kita untuk mengajak pada orang lain untuk
sama-sama merasakan agungnya Islam?
Sebagai
kaum muslim, sungguh kita beruntung telah lama berada dalam Islam. Bahkan
boleh jadi nenek kakek hingga buyut-buyut kita pun telah beragama Islam.
Hingga sejak lahir, dalam lingkungan Islamlah kita kita menghirup udara
bumi. Adalah anugerah yang teramat indah sejak dini kita telah
diperkenalkan pada agama ini. Agama yang tak sekedar mengurusi lahir kita,
akal dan batin pun diperhatikannya. Ajaran yang tak cuma mengurus ibadah
ritual pada Tuhan, namun tata cara bertetangga pun diatur dengan sangat
jelas. Tak ada riwayat Islam mengajarkan tetangganya untuk bermusuhan.
Melainkan bila sang tetangga tak ada, maka ia akan dicari. Kalau miskin ia
disantuni, kalau membutuhkan sesuatu ia diberi, dan kalau tertimpa musibah
ia ditolong. Sungguh setiap orang mencintai orang lain, sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri.
Sederhananya, ketika seseorang memasak makanan, dan ada kemungkinan
tercium aroma wanginya oleh tetangga, maka Rasul pembimbing kita,
mengajarkan untuk memperbanyak kuahnya, agar sang tetangga tak sekedar
mencium sedapnya, namun bisa pula merasakan kelezatannya.
Sekali
lagi, kita sungguh beruntung mengenal Islam, sebab tak hanya setelah lahir,
bahkan jauh hari sebelum berada di dalam kandungan, keberadaan kita
sebagai manusia sungguh telah terlindungi. Ini terbukti dengan adanya
anjuran Rasulullah agar mencari calon ayah atau Ibu yang terpercaya yang
dapat merawat dan memelihara anak dengan sebaik-baiknya. Mengayomi mereka
dengan sepenuh kasih sayang, mencukupi kebutuhan makannya, pakaiannya,
tempat tinggalnya pula pendidikannya.
Sebuah
pedoman yang dengannya masa remaja kita terpelihara dari hal-hal yang
merusak. Ketika saat ini kita saksikan betapa memprihatinkan para remaja
yang mengerang kesakitan akibat kecanduan mereka pada NARKOBA, pemuda
Islam dipelihara meski dari hal semacam rokok.
Tentang
perempuan, alangkah beruntungnya menjadi perempuan Islam. Ini dapat
terbukti salah satunya dari tulisan pada sepucuk surat yang dikirim oleh
Maniah at-Qibthiayah, istri Rasulullah saw. Hadiah raja dari Mesir, al-Muqauqis,
kepada sang raja. Demikianlah isinya: " Ketahuilah, wahai raja bahwa
kaum muslimin adalah akal baru yang dapat menciptakan keseimbangan didunia
untuk dapat membedakan yang hak dan yang bathil. Nabi mereka Muhammad
lebih suci dari awan di langit. Para sahabatnya menonjol berdasarkan
kriteria agama dan keutamaan, bukan dari nafsu dan syahwat. Seorang wanita
lebih takut kehormatannya akan diganggu oleh ayahnya daripada diganggu
oleh para sahabat Muhammad!"
ALLAHU
AKBAR! Memang sedemikian mengesankannya Islam. Sungguh amat beruntung kita
telah diijinkan oleh Allah untuk dapat mengenalnya. Lembaran kertas ini
takkan mampu menggambarkan betapa indahnya hidup didalam Islam.
Boleh jadi ... kita tak mampu menjawab pertanyaan dokter Jerman tadi. Bisa
sebab banyak hal. Satu diantaranya adalah sebab sikap apriori kita
terhadap mereka. Karena kita menganggap orang diluar kita adalah musuh.
Yang sama sekali tak patut kita dekati. Padahal tidak demikian yang Rasul
lakukan. Islam sesungguhnya adalah rahmat bagi semesta alam. Anugerah dari
Allah bagi segenap hambaNya. Islam diturunkan Allah sebab kasih sayang-Nya
pada seluruh mahluk. Dia diadakan atas dasar kemudahan dan meniadakan
kesulitan dari kehidupan manusia. Allah dan Rasul-Nya, tidak memerintahkan
apapun selain kebajikan. Jelas Islam yang dimaksud disini adalah Islam
yang sesungguhnya. Artinya, Islam Adalah kepasrahan. Kepasrahan adalah
akidah. Akidah adalah pembenaran. Pembenaran adalah ikrar. Ikrar adalah
sikap dan tindakan. Sikap dan tindakan adalah amal perbuatan. Jadi Islam
yang kita maksud, adalah Islam yang kita laksanakan dengan sepenuh hati.
Ketika Islam mewarnai keseharian kita, menjadi sedemikian mudahlah hidup
kita. Merupakan untaian kebajikan tiada hentilah hari-hari kita sesudah
diiringi Islam. Memang alangkah indahnya bila sekujur tubuh kita telah ber-Islam,
andai seluruh detik dan hari kita semuanya berdenyutkan Islam. Percikan
air wudhu yang membasuh muka akan menyemburatkan kesegaran pada sekujur
raga yang sempat lelah. Ketika sholat, kita merasakan ketenangan dan
kedamaian dalam jiwa. Terasa tentram meski keseharian penuh gejolak, sebab
ada Allah yang senantiasa memberikan kesempatan bagi kita untuk mengadu,
melepas keluh kesah. Setelah kita shaum, terasa nikmat tubuh kita
beristirahat sejenak dari mengelola makanan.
Ketika
berzakat, kita merasakan indahnya melihat keriangan orang yang tak punya
menerima pemberian kita. Tatkala menengok yang sakit,menjadi teduh hati
kita oleh hangatnya jiwa persaudaraan. Ketika berhaji, menjadi bias
cakrawala pengetahuan. Kita jadi tahu, betapa dunia itu indah. Langit
membiru menaungi awan putih berarak, sementara air zam-zam begitu sejuk
membasahi tenggorokan yang basah. Bahkan dalam Islam seorang perempuan
dijaga sedemikian baik oleh sang suami. Dan sebaliknya suamipun tidak
boleh diperlakukan melainkan dengan perlakuan terbaik dari sang istri.
Manusia yang tua didalam naungan Islam, adalah seberuntung-beruntungnya
insan. Sebab Allah memerintahkan pada sang anak untuk berbakti sepenuh
hati, jangankan disakiti badannya, diucapkan kata "ah!" saja
pada mereka Islam sungguh melarang. Setelah mati? Maka tiada keindahan
yang lebih indah, tiada kesejahteraan yang lebih sejahtera, tak ada
kepuasan yang lebih puas, bagi seorang manusia, selain bila ia mati dalam
keadaan Islam. Sebab Allah telah menyediakan surga Jannatunna'im. Suatau
keabadian dalam kebahagiaan.
Maka
sahabat, ketika kita telah merasakan Islam, sebetulnya kita telah
berhutang pada hamba Allah lainnya. Kita berhutang agar mereka dapat
sama-sama menebarkan Islam adalah kewajiban bagi kita. Jelas butuh seni
sehingga mengena. Sehingga tak ada yang merasa terpaksa. Apalagi tersiksa
oleh seruan kita. Dua diantara banyak cara telah diajarkan Rasulullah.
Pertama, menjadikan Islam sebagai bagian dari diri sendiri. Seluruhnya
kita laksanakan. Hingga sebagaimana Rasulullah, kita pun menjadi Al-Quran
yang berjalan. Tanpa perlu banyak berkata, orang telah dapat melihat:
"Kalau ingin tahu indahnya Islam... lihatlah orang itu!"
Kedua
adalah sebagaimana pesan Rasulullah dalam menyampaikan Islam yaitu :
"Hendaklah kalian mempermudah, jangan mempersulit. Gembirakanlah
mereka, jangan menakut-nakuti!" Akhir kata sahabat, semoga Allah
memberi jalan pada kita untuk menyebarkan risalah ini. Dengan cara terbaik
yang paling sesuai dengan tuntunan-Nya. Sebab sungguh... adalah suatu
kemenangan tanpa kerugian, merupakan sebuah kejayan tanpa ada yang
terdzolimi, bila semua manusia dapat hidup dalam Islam.
Semoga
dengan kegigihan kita buat berdakwah, takkan ada lagi dokter Jerman yang
yang mengeluh sebab tak pernah kita ajak pada Islam.
Ya
Allah ... berilah kami kekuatan! Aamiin
[
- KH. Abdullah Gymnastiar -
] |